SURABAYA— Siswa peserta ujian nasional atau UN tingkat SMK berkesempatan mempersiapkan diri dan mengenal materi ujian praktik kejuruan pada bulan ini. Selain karena jadwal pelaksanaan UN utama yang tahun ini diadakan pada Maret 2010, tim penyelenggaera UN tingkat pusat juga akan memulai pembuatan materi soal pada 5 Januari 2010.
Selayang Pandang Surabaya, ibukota provinsi Jawa Timur, sudah selayaknya memiliki sekolah seni pertunjukan. Pasalnya, seni dan budaya merupakan bagian dari penanda peradaban suatu etnik, bahkan sebuah bangsa dan negara. Keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Surabaya dahulu Sekolah Menengah Karawitan Indonesia SMKI Surabaya – kini tidak saja menjadi penanda itu, melainkan pula sebuah pencitraan identitas etnik Jawatimuran. Konsekuensinya, konstribusinya terhadap perkembangan dan petrtumbuhan kesenian, khususnya, di Surabaya Jawa Timur masih perlu dipertajam, sehingga anak didiknya benar-benar siap memasuki pangsa pasar seni dalam era pasar bebas. “Walaupun nantinya mereka memutuskan tidak melanjutkan kuliah, mereka sudah siap berkarya dan bekerja, termasuk menjadi guru sanggar. Peluang menjadi guru ektra kesenian pun masih terbuka di sekolah-sekolah dasar,” kata Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Surabaya, Djoko Pratmodjo Yudi Utomo, Senin 1/3/2010. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Surabaya satu-satunya sekolah seni pertunjukan di Jawa Timur ini memiliki lima jurusan bidang keahlian, yaitu jurusan pedalangan, karawitan, tari, musik dan teater. Kelima jurusan bidang kesenian yang diajarkan dan ditransformasikan kepada anak didik siswa-siswi, khusnya pedalangan, karawitan dan tari lebih kepada seni etnik dan tradisional Jawa Timur. “Tahun 2010 nanti, kami mengagendakan Diklat Tari dan Pedalangan untuk membuka cakrawala dan wacana baru, sehingga capaian dari hasil didikan SMKN 9 mampu memasuki pasar global, khususnya seni pertunjukan,” kata Djoko. Keseluruhan siswanya dari kelima jurusan sebanyak 448 anak. Adapun jurusan yang diminati, musik 230, tari 101, teater 64, karawitan 40 dan pedalangan 13. Dari kelima jurusan tersebut, jurusan teater merupakan program studi keahlian baru yang dibuka tahun 2002/2003. Tahun ajaran 2008/2009 jumlah siswa jurusan teater tidak lebih dari 6 anak, namun tahun ajaran baru 2009/2010 jumlahnya mencapai 57 anak. “Lonjakan itu tidak terlepas dari keinginan anak untuk belajar seni peran dan menjadi artis,” kata Ketua Jurusan Teater Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Surabaya, Harwi Mardiyanto. Vincentya Bias Arum, siswi kelas X jurusan teater SMKN 9 Surabaya mengungkapkan, bahwa sejak awal menjelang Unas SMP, orangtua sudah mengarahkan agar melanjutkan sekolah kejuruan seni. “Awalnya saya memilih jurusan musik, tapi tidak diterima. Lalu saya pilih teater, setelah saya bertanya tentang apa saja yang diajarkan,” katanya. Arum yang bercita-cita menjadi jurnalis ini lebih lanjut mengatakan, selama mengikuti proses belajar, dirinya pun banyak memperoleh pengetahuan baru yang tidak hanya menyangkut seni peran acting, namun pula pelajaran tentang editing dan fotografi. “Saya juga mengikuti pelajaran ektra jurnalistik, karena cita-cita saya pingin menjadi jurnalis atau kameraman,” katanya. Menurut Harwi, proses pembelajaran pengembangan diri pun diberikan kepeda setiap siswa setiap minggunya empat jam, meliputi produksi program televisi dan menejemen produksi teater, antaranya membuat sarana publikasi berupa poster, misalnya, dan membuat proposal serta event. “Kami pun membekali siswa dengan keahlian tata rias wajah, busana dan video editing. Kami juga menjalin kerja sama dengan ISI Yogyakarta yang membuka jurusan baru, media rekaman televisi,” katanya. SMKN 9 Surabaya sebagai satu-satunya sekolah kejuruan seni pertunjukan di Jawa Timur, demikian kata Harwi, bakal menghadapi tantangan besar, jika nantinya setiap sekolah umum juga menempatkan seni budaya sebagai pencitraan sekolah. Pasalnya, seni budaya telah menjadi materi pelajaran inti di sekolah-sekolah setelah diberlakukannya KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran. “Kalau SMKN 9 hanya berkutat pada seni-seni tradisi, sementara sekolah-sekolah umum juga mengembangkan hal yang sama, kita akan habis,” katanya. Walaupun pijakan SMKN 9 ini pada pelestarian seni-seni etnik dan tradisi, khususnya Jawa Timuran, pengembangan yang inovatif harus dilakukan agar sekolah seni pertunjukan ini eksis dan diapresiasi oleh masyarakat, salah satunya melahirkan karya-karya seni, termasuk tari, pedalangan dan karawitan. “Jurusan teater sudah memulainya dengan mengkolaborasikan musik, teater dan tari dalam setiap pertunjukannya. Saat kami diundang tampil di Gebyar Balai Bahasa Surabaya, kami pun menampilkan musikalisasi puisi dengan fashions agar lebih menarik,” katanya. Gratis SMKN 9 Surabaya berkomitmen menggratiskan biaya pendidikan selaras dengan program pemerintah. Apalagi keluarga siswa yang belajar di sekolah ini sebagian terbesar berasal dari kalangan ekonomi menengah-bawah. “Kendalanya, masih banyak anak didik kami yang malas membaca dan mengikuti materi ajar matematika, bahasa Inggris dan PPKN, IPA maupun IPS, karena mereka beranggapan bahwa skillsesuai bidang yang mereka minati sudah cukup,” kata Djoko Pratmodjo Yudi Utomo. Persoalan lain yang dihadapi oleh SMKN 9 ini adalah tingkat drop out yang kerapkali mengiringi keberlanjutan proses belajar mengajar siswa, selain tenaga pengajar yang mendekati usia pensiun. “Karena merasa tidak berbakat, tiba-tiba ditengah jalan drop out. Padahal, kalau ada niat, mereka masih bisa belajar seni. Punya bakat seni, tapi tidak punya niat belajar serius, ya tidak akan muncul,” kata Djoko. Tahun 2009/2010 ini, SMKN 9 ini sedang membangun ruang kelas baru 10 kelas, karena ruang kelas yang ada sudah tidak lagi layak dan nyaman untuk proses belajar mengajar. “Tahun ini juga kami memulai membangun asrama siswa dengan kapasitas 32 anak dan mereka pun nantinya gratis tinggal di asrama, dan merenovasi gedung seni pertunjukan Sasana Artistika,” katanya. Sebagai Kepala SMKN 9 Surabaya, Djoko sempat menawarkan kepada Kepala Dinas Pendidikan Penang, Malaysia saat berkunjung ke SMKN 9 Surabaya. “Waktu itu saya menawarkan kepada H. Ibrahim bin H. Mohammad untuk lulusan SMKN 9 menjadi guru atau pelatih tari untuk anak TK dan SD, karena mereka siap dengan bekal keterampilan yang diperoleh selama belajar seni,” katanya. Kerja sama dengan instansi pemerintah, demikian menurut Djoko, amat penting dan berarti untuk pengembangan SMKN 9 Surabaya. “Kami punya potensi untuk bidang seni, namun pihak instansi terkait di Surabaya dan provinsi tidak banyak yang tahu tentang keberadaan sekolah seni pertunjukan ini,” keluhnya. Fasilitas penunjang Wakil Kepala Sarana dan Prasarana SMKN 9 Surabaya Mudi anto mengatakan, fasilitas penunjang KBM Kegiatan Belajar Mengajar relatif masih lemah, karena keterbatasan mesia pembelajaran yang dibutuhkan oleh setiap jurusan. “Contohnya pedalangan, kami masih memerlukan bantuan pemerintah kota Surabaya, khususnya untuk perangkat audio-visual wayang,” katanya. Adapun jurusan musik dengan jumlah siswa terbanyak hanya memiliki media penunjang berupa drum 3, piano 4, keyboard 4. Sedangkan jurusan tari amat memerlukan busana tari, karena busana lama sudah tak layak pakai. “Contohnya, tari Remo, kami hanya punya 10 buah. Paling tidak punya 25-50 stel busana Remo, karena diperlukan untuk Remo massal,” katanya. Persoalan lain, demikian kata Mudianto, tenaga pengajar yang belum diangkat menjadi PNS, padahal sudah mengabdi bertahun-tahun. Kini, total tenaga pengajar SMKN 9 Surabaya, 45 orang berstatus PNS dan 30 orang berstatus GTT. “Salah satu imbasnya sekolah gratis, kami kekurangan tenaga pengajar. Apalagi banyak tenaga pengajar di SMKN 9 ini yang mau pensiun, apa mau tetap dibiarkan begini,” katanya. sumber
LogoSMK PGRI 6 Surabaya . Read More. Wisuda Tahun Ajaran 2018/2019 . Puji syukur kami panjatkan atas keberhasilan siswa-siswi SMK PGRI 6 Surabaya dalam mengikuti ujian UNCBT Tahun Ajaran 2016/2017. Sehingga kami bisa menggelar acara wisuda pada tanggal 14 Mei 2017 minggu lalu. Parayaan wisuda merupakan momen berharga bagi setiap siswa yangJBfbpAu.